lanjut yuukk...halaman ke dua nih...tunggu lanjutannya ya masih mau di-upload dulu lanjutannya si halaman ke 3
“Hehehe”
anak itu tersenyum kecut.
“Namamu
siapa?” tanya Kelly,anak itu tak menjawab.
“Kalau
kau tak mau bicara, aku tak akan membiarkanmu pergi”
“Ayolaahh…oke,
aku Dimpy Drilly” Kelly membungkam mulutnya sendiri untuk menutupi
tertawaannya.
“Hei?apa
yang lucu!” tanya Dimpy penasaran
“Namamu!Dimpy?Drilly?
Nama macam apa itu?”
“Oh
Tuhan…kenapa namaku begitu konyol..” Dimpy menutup mukanya dengan kedua
tangannya.
“Namamu
siapa?” tanya Dimpy
“Kelly
Durke”
“Durke?
Nama yang aneh!” balas Dimpy.
“Masih
mending, daripada Drilly!” Kelly menjulurkan lidahnya.
“Oke…aku
kalah” Dimpy mengangkat dua tangannya.
“Di
mana rumahmu?”
“Itu…”
Dimpy mengarahkan jari telunjukknya ke rumah mewah di seberang jalan, tepat di
depan rumah paman Kelly. Rumah bertingkat dengan pagar tanaman di halamannya, jalan
setapak menuju pintu utama dihiasi lampu-lampu antik. Air mancur di sebelah
kanan halaman yang di sekelilingnya ada bunga mawar merah. Dinding rumahnya
terbuat dari bata merah, serta jendela besar dihiasi kaca patri warna-warni.
“Kalau
kau tinggal di mana?”
“Aku
tinggal di tengah kota London. Aku menghabiskan liburan musim panasku di sini, di
rumah pamanku.” Kelly menunjukkan mana rumah pamannya, dan wajah Dimpy yang
riang berubah jadi suram saat melihat penampakan rumah pamannya yang
mengenaskan itu.
Bagaimana
tidak? Rumah pamannya adalah rumah terburuk di daerah itu. Rumah itu jauh
dengan rumah Dimpy yang mewah. Jangankan mewah, rumah pamannya lebih mirip
dengan kandang hewan ternak yang tidak pernah dibersihkan selama
bertahun-tahun. Jerami berserakan di mana-mana, pintu ebony yang rapuh, dinding
yang dipenuhi sarang laba-laba dan masih banyak hal buruk lain yang ada di
rumah paman Kelly.
“Jadi
itu rumah pamanmu…” Dimpy akhirnya berbicara, lalu ia menelan ludah.
“Yah…begitulah”
kata Kelly.
“Aku
pulang dulu, besok kembalilah kesini, jam yang sama!” Dimpy berlalu.
2
0 komentar:
Posting Komentar